Senin, 19 September 2016

Seandainya Menjadi Wartawan Media Online

     
    Dunia jurnalistik tidak terlepas dari tulisan. Untuk membuat tulisan tentunya harus bisa menulis, Menulis tidak akan dibaca jika isinya kosong. Artinya tulisan tersebut harus bermakna tetapi sederhana agar mudah dipahami pembaca. Untuk bisa menulis haruslah membaca. Membaca sangat memba
ntu menambah wawasan seorang penulis . Menggeluti jurnalistik berarti harus siap membaca dan menulis.
Seiring berkembangnya zaman, seorang wartawan tidak hanya menulis di dalam surat kabar dan majalah saja tetapi juga dalam media online. Saat ini media berbasis internet  sangat berkembang pesat karena mudah dijangkau kapan dan di mana saja. Karena sifatnya cepat, seorang  wartawan harus bekerja lebih cepat dalam membuat tulisan. Jika lambat pembaca akan berpindah ke media lain.
Bertanya tentang definisi, secara umum media online (menurut Asep Syamsul M.Romli) adalah segala jenis atau format media yang hanya bisa diakses melalui internet berisikan teks, foto, video, dan suara. Dalam hal ini sosial media pun termasuk media online. Pengertian media online secara khusus adalah media yang menyajikan karya jurnalistik (berita, artikel, feature) secara online.
Menurut M. Romli media online memiliki beberapa karakteristik, diantaranya:
1. Kapasitas luas (halaman web bisa menampung naskah sangat panjang).
2. Pemuatan dan editing naskah bisa kapan dan di mana saja.
3. Jadwal terbit bisa kapan saja.
4. Cepat (begitu diupload bisa langsung dibaca orang).
5. Menjangkau seluruh dunia yang memiliki koneksi internet.
6. Aktual, berisi info aktual karena kemudahan dan kecepatan penyajian.
7. Pembaruan informasi terus dan dapat dilakukan kapan saja.
8. Interaktif, dua arah karena adanya kolom konmentar.
9. Terdokumentasi
10. Terhubung dengan sumber lain.

         Dengan berkembangnya teknologi informasi dan komunikasi, media yang berbasis internet menempati posisi tertinggi dibandingkan media lainnya. Wartawan yang bekerja di media online dituntut untuk menulis berita dengan durasi yang sangat pendek. Hal ini membuat wartawan harus bekerja lebih cepat.  Tentu bukan perkara yang mudah.
         Karena mengutamakan kecepatan dibandingkan keakuratan, sering kali wartawan menyalahi kode etik jurnalistik. Salah satunya adalah Pasal Satu  yang berbunyi “Wartawan Indonesia bersikap independen, menghasilkan berita yang akurat, berimbang, dan tidak beritikad buruk”. Jika hanya mengandalkan kecepatan, bukan tidak mungkin akan terdapat banyak kesalahan.
         Jika saya menjadi seorang wartawan media online, saya akan berusaha menjunjung tinggi kode etik jurnalistik. Meskipun beberapa orang tidak mempermasalahkan tulisan yang melanggar kode etik, namun hal itu akan berakibat fatal. Tanpa disadari, saya akan terbiasa menulis di dalam pelanggaran.
        Keakuratan dalam membuat sebuah berita di media online mampu meningkatkan kualitas baik seorang wartawan maupun medianya. Pembaca sudah cerdas dalam memilih berita yang layak dibaca atau tidak. Dengan begitu keakuratan modal penting dalam penulisan di media online.
        Setiap wartawan baik media online atau bukan harus mempunyai sifat skeptis. Dalam buku Jurnalisme Dasar karya Luwi Ishwari, disebutkan bahwa skeptis merupakan ciri khas seorang jurnalis. Tom Friedman dari New York Times mengatakan bahwa skeptis adalah sikap untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu, meragukan apa yang diterima, dan mewaspadai segala kepastian agar tidak mudah ditipu.
      Jika saya menjadi wartawan media online, sikap seperti ini harus menjadi modal utama agar berita yang ditulis tidak terkesan biasa-biasa saja. Berita tersebut akan berbeda dengan berita yang ditulis media lain. Artinya dalam peistiwa yang sama saya menemukan berita lain yang lebih mendalam karena sikap skeptis yang tidak mudah percaya begitu saja. Hal ini merupakan nilai lebih untuk wartawan media online.

3 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. sabar dan ikhlas. Setuju banget sama statement di atas. Artikel yang menenangkan hati :)

    BalasHapus